Mengkaji Penurunan Harga Minyak Dunia

tambang minyak

Pertemuan World Economic Forum di Davos, Swistzeland beberapa hari lalu (21-24/1/2015)[1] tidak menemukan solusi bagus dalam merespon penurunan harga minyak dunia[2] yang pada 2 Februari 2015 mencapai $ 47,15 per barel untuk jenis Brent. Jika dibandingkan dengan sebulan sebelumnya, ada penurunan harga sebesar 15,56 %  atau menurun higga 56,33% dari tahun 2014. Untuk jenis Crude Oil, harga per barel mencapai $47,79. Harga tersebut 10,59 % lebih rendah dari harga di bulan Agustus dan 51, 01% lebih rendah dari harga di tahun lalu.

Penyebab utama menurunnya harga minyak adalah kelebihan supply yang tidak didukung dengan pertumbuhan permintaan[3]. Pertama, kelebihan supply dilatarbelakangi oleh kenaikan produksi yang dilakukan Amerika Serikat sejak akhir tahun 2013 yang menggenjot produksinya lebih tinggi satu sampai dua juta per barel dalam satu hari. Namun hal ini tak mendorong penurunan produksi yang dilakukan oleh negara-negara produksi minyak. Contohnya Saudi Arabia yang tak mau menurunkan eksplorasi lewat Saudi Aramco yang mencapai 11 juta barel per hari. Kedua, perlambatan ekonomi yang dialami oleh banyak negara di dunia memaksa mereka untuk melakukan efesiensi anggaran dengan ketat. Penurunan harga minyak mengancam terjadinya deflasi yang menyebabkan penurunan suku bunga. Hal ini pun dilakukan ECB yang menurunkan suku bunganya hingga 0,05%, untuk memacu pertumbuhan ekonomi di daerah Eurozone.[4]

Potensi Penurunan GDP

            Penurunan harga minyak dunia adalah mimpi buruk bagi negara-negara penghasil minyak seperti Venezuela dan Saudi Arabia. Jika penurunan harga berlangsung sepanjang tahun, Saudi Arabia berpotensi kehilangan pendapatan utama karena minyak menyumbang 90% dari pendapatan negara[5]. Penurunan harga minyak pada akhir 2014 menjadi salah satu faktor yang memaksa Saudi Arabia hanya mengalami kenaikan GDP[6] sebesar 1,54%, menjadi 745,27 Milyar Dollar. Sebelumnya, pertumbuhan GPD Saudi Arabia yang mencapai  9,6% dipengaruhi tingginya harga minyak dunia. Saudi Arabia akan tetap mendapat keuntungan karena hanya mengeluarkan $20 per barel untuk biaya eksplorasi minyak. Namun harga yang konstan pada hari ini mengindikasikan Saudi Arabia akan mengalami penurunan GDP hingga ratusan milyar dollar.

Senada dengan Saudi Arabia, Venezuela yang merupakan negara pengekspor minyak terbesar kedua di dunia merasakan dampak besar dari penurunan harga tersebut[7]. Hal ini dikarenakan 45% pendapatan Venezuela berasal dari sektor perminyakan dan 95% ekspor negara berasal dari sektor yang sama, sedangkan minyak menyumbang 20% dari GDP negara. Meskipun sektor minyak dikelola langsung oleh negara, Venezuela akan tetap kehilangan puluhan milyar dollar dari penurunan harga minyak, dan berpotensi mengalami penurunan GDP yang pada 2014 mencapai 438,28 Milyar Dollar[8].

Secara kumulatif, penurunan harga minyak akan berpengaruh terhadap besaran GDP dunia. Thomas Hebling, IMF, pada The Economist mengatakan bahwa setiap 10% perubahan harga minyak dunia akan berpengaruh terhadap 0,2% perubahan GDP secara global[9]. Jika harga minyak terus turun, nilai GDP dunia diproyeksikan akan mengalami penurunan yang sebanding, begitu pula sebaliknya. Meskipun penurunan harga minyak hari ini dinilai cukup tajam, menteri perminyakan Iran, Bijan Zanganeh, masih optimis bahwa penurunan harga minyak hingga $25 per barel tidak akan mengancam industri minyak Iran.

Nasib Negara Emerging Market

            Negara-negara emerging market seperti China sedikit merasakan angin segar dari penurunan harga minyak dunia. China yang merupakan negara net importir minyak terbesar kedua di dunia dapat melakukan penghematan anggaran yang cukup signifikan. Setiap penurunan $1 harga minyak per barel akan menghemat $2,1 milyar dollar dalam setahun. Hal ini akan membantu China menjalankan industri, terutama dalam bidang manufaktur, karena cost yang dikeluarkan akan lebih kecil[10].

Namun, penurunan harga minyak ternyata belum memberikan efek yang signifikan terhadap kehidupan ekonomi negara, seperti di India. Meski biaya produksi turun dan beban

subsidi pemerintah berkurang, India tidak banyak mengalami perubahan pada neraca perdagangannya. Hal ini dikarenakan ekspor India justru lesu lantaran permintaan global yang menurun. Pertumbuhan investasi di India juga berpengaruh dengan penurunan harga minyak dunia, dikarenakan negara-negara yang melakukan investasi di India tergolong negara yang sumber pendapatannya berasal dari minyak, seperti Saudi Arabia, Kuwait, dan Qatar [11]. Untuk itu, cash inflow pun tercancam menurun dan neraca perdagangan dipertaruhkan.

Di Indonesia, pemerintah sempat menaikan harga BBM (17/11/14)[12] yang menyebabkan inflasi pada bulan Desember 2014 sebesar 8,36%. Namun pada awal tahun 2015 (17/1/15)[13], pemerintah menurunkannya pada level Rp 6.600. Hal ini mengindikasikan bahwa penetapan harga BBM di Indonesia sangat tergantung pada pasar. Padahal jika dicermati, peluang Indonesia untuk mendapatkan surplus dari subsidi dapat digunakan untuk pembangunan infrasturktur, baik soft infrastuktur seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),  maupun hard infrastruktur seperti jalan, pelabuhan, dan lainnya. Hal ini dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada periode kedepan.

 

referensi 

[1] http://www.weforum.org/events/world-economic-forum-annual-meeting-2015

[2]http://www.tradingeconomics.com/commodities

[3]http://www.businessinsider.my/here-are-the-big-winners-and-
losers-of-low-oil-prices-2014-10/#.VMe4l_6UeuJ

[4]http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/01/28/2137429/
Wapres.Ingin.BI.Turunkan.Suku.Bunga.Menyusul.Kebijakan.ECB?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Kknwp

[5]http://www.resourcegovernance.org/countries/middle-east-and-north
-africa/saudi-arabia/overview

[6]http://www.tradingeconomics.com/saudi-arabia/gdp

[7]http://www.resourcegovernance.org/countries/latin-america
/venezuela/overview

[8]http://www.tradingeconomics.com/venezuela/gdp

[9]http://www.zerohedge.com/sites/default/files
/images/user5/imageroot/2014/12/fig%20133.jpg

[10]ibid

[11]http://articles.economictimes.indiatimes.com/2014-12-11/news/
56955168_1_inflationary-expectations-crude-oil-prices-current-account
-deficit

[12]http://nasional.kompas.com/read/2014/11/17/21225431/Jokowi.
Tetapkan.Harga.Premium.Rp.8.500.dan.Solar.Rp.7.500

[13]http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/11/17/214642926/
.Kenaikan.Harga.BBM.Sesuai.Ekspektasi.Investor.

 

Leave a comment